PortalKulonProgo.com - Cacar monyet merupakan salah satu penyakit zoonosis virus langka yang menjangkit terutama pada bagian terpencil Afrika tengah dan Afrika barat.
Penyakit ini bersumber dari hewan ke manusia. Menjangkit dapat dengan kontak darah, cairan tubuh atau lesi kulit (mukosa hewan yang terinfeksi). Karena sumber terjangkitnya dari hewan, hanya sedikit kasus cacar monyet yang menjangkit dari manusia ke manusia.
Bila pun ada kasus seperti demikian, penjangkitan dapat terjadi melalui kontak dengan sekresi saluran pernapasan yang terinfeksi, luka pada kulit penderita, maupun obyek yang telah terkontaminasi cairan tubuh penderita.
Baca Juga: Ada yang baru di John WIck 4, Penggemar Keanu Reeves Wajib Pantengin!
WHO menyatakan bahwa penjangkitan pada manusia sangatlah terbatas. Transmisi melalui partikel cairan pernapasan membutuhkan kontak antarmuka jangka panjang, sehingga penyakit ini biasanya hanya menjangkit kepada anggota keluarga.
Masa inkubasi atau interval dari infeksi sampai timbulnya gejala cacar monyet biasanya 6-16 hari, namun dapat berkisar dari 5-21 hari.
Gejala yang timbul dapat berupa demam, sakit kepala hebat, limfadenopati (pembesaran kelenjar getah bening), nyeri punggung, nyeri otot dan lemas. Ruam pada kulit muncul pada wajah kemudian menyebar ke bagian tubuh lainnya.
Baca Juga: Cara Menulis di Wikipedia Mudah Bagi Pemula
Ruam ini berkembang dari bintik merah seperti cacar (makulopapula), lepuh berisi cairan bening, lepuh berisi nanah, kemudian mengeras. Biasanya diperlukan waktu hingga 3 minggu sampai ruam tersebut menghilang.
Belum ada perawatan khusus maupun vaksin yang tersedia untuk infeksi virus cacar monyet. Namun wabah dapat dikendalikan.
Kemenkes meminta masyarkat tidak perlu panik dengan pemberitaan mengenai adanya penyakit cacar monyet yang kemungkinan dapat masuk ke Indonesia. Masyakat dihimbau untuk senantiasa waspada dan menjaga kebersihan seperti cuci tangan dengan sabun.
Baca Juga: Ini Yang dicari! 5 Daftar Loker Bandung Hari Ini
Selain itu mencegah terkena cacar monyet yakni menghindari kontak langsung dengan tikus atau primata dan membatasi jajanan langsung dengan darah atau daging yang tidak dimasak dengan baik, menghindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi atau material yang terkontaminasi, serta menghindari kontak dengan hewan liar atau menkosumsi daging yang diburu dari hewan liar.
Sarung tangan dan pakaian pelindung perlu dikenakan saat menangani hewan sakit atau jaringan yang terinfeksi.