Network
Seperti kita tahu, belum lama ini Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan secara tiba-tiba menaikan tiket atau harga tanda masuk ke Candi Borbudur.
Di mana sebelumnya untuk wisatawan lokal cukup membayar Rp50 ribu saja. Sementara itu untuk anak-anak dikenakan Rp 25ribu. Atau bila ingin tiket terusan ke Samudra Raksa cukup membayar Rp65 ribu
Dan untuk wisatawan asing harus membayar $25 atau setara Rp350 ribu untuk orang dewasa. Sementara itu untuk anak-anak dikenakan $13 atau Rp210 ribu.
Namun kini bila ada wisatawan lokal yang ingin melihat Candi Budha dari dekat harus merogoh kocek Rp750 ribu. Sementara itu untuk wisatawan asing dikenakan biaya $100.
Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana nasib mereka yang miliki UMR relatif kecil seperti Jogja. Sebut saja Kulon Progo di mana saat ini UMR di kabupaten ini masih di angka Rp 1.904.275,-
Dengan demikian sangat sangat dimungkinkan mereka yang bekerja dengan UMR tersebut mampu dan berani berpikir ke candi yang letaknya berbatasan langsung dengan sisi utara Kulon Progo ini.
Benar kiranya pemerintah memiliki pemikiran atau ide atas dinaikkannya tiket masuk Candi Borobudur untuk membatasi jumlah pengunjung. Di mana kedepannya dalam satu hari cukup 1.200 pengunjung saja.
Faktor konservasi atau kelestarian cagar budaya menjadi fokus utama. Dengan demikian apa yang namanya carrying capacity perlu dipertimbangkan agar tidak merusak kondisi Candi Borobudur.
Namun demikian justru netizen berkomentar balik. Di kutip dari laman Twitter banyak jawaban yang lebih realistis.
