Serba Serbi Formula E Jakarta yang Patut Disimak

4 Juni 2022, 20:44 WIB
Kejar-kejaran antara pembalap di Formula E Jakarta 2022 pada Sabtu, 4 Juni 2022 /Pikiran-Rakyat.com/Alza Ahdira/

Formula E menjadi ajang balap internasional ke-2 yang digelar Indonesia. Menyusul yang pertama, adu kecepatan mesin ini pun mampu menyita perhatian dunia.

Namun ada cerita menarik dibalik pelaksanaan Formula E ini. Di mulai dari proses pembangunan sirkuit yang begitu cepat, sponsor yang tidak kunjung tiba hingga pelaksanaan tanpa test drive.

Terlepas dari itu semua nyatanya balapan ini mampu membawa nama bangsa ke kancah Internasional. Bahwa negara ini siap menggelar berbagai hajatan level dunia.

Ajang balap ini tak sepopuler yang lain bisa jadi karena memang usianya belum cukup matang. Di mana gelaran ini kali pertama dihelat tahun 2014. Sementara itu untuk Formula Satu telah ada sejak 1950.

Selain cerita menarik terkait pelaksanaan Formula E yang baru saja usai ternyata ada juga yang tak kalah menarik. Di mana ide balap mobil listrik kursi tunggal ini terjadi pada 3 Maret 2011.

Kala itu Jean Todt, presiden dari badan pengatur balap motor dunia, Federasi Otomotif Internasional (FIA) bertemu politisi Alejandro Agag, Antonio Tajani, dan aktor asal Italia Teo Teocoli dalam sebuah jamuan makan malam.

Terdapat sebuah diskusi tentang bagaimana cara mengurangi emisi gas buang atau karbon dioksida. Seperti kita ketahui penggunaan bahan bakar pada umumnya menghasilkan polusi udara. Dengan adanya mobil listrik atau sistem hibrida ini diharapkan jumlah gas buang berkurang.

Ajang balap ini masuk kategori kejuaraan dunia FIA juga baru seumur jagung. Tepatnya pada gelaran musim 2020–21 lalu.

Fakta menarik pada kejuaraan di musim pertama. Di mana semua tim hanya menggunakan mobil listrik yang dikembangkan McLaren.

Namun perubahan drastis terjadi pada musim kedua dimana beberapa merek kelas dunia hadir dengan produk mobil listrik terbaik mereka. Sebut saja ABT Schaeffler, Andretti Technologies, DS-Virgin, Jaguar, Mahindra, NextEV TCR, Penske, Renault, dan Venturi.

Pada gelaran pertama pula mobil digunakan hanya menggunakan kekuatan 250 tenaga kuda atau setara 190 kW. Mobil tersebut mampu lari dari 0 ke 100 km/h (0–62 mph) hanya dalam 3 detik. Sementara itu untuk kecepatan maksimal ada di angka 225 km/h (140 mph).

 

Editor: Joko yugiyanto

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler