Kunci Jawaban Nilai Estetis Keindahan dalam Novel Pangeran Diponegoro Terbaru

20 September 2022, 00:00 WIB
Analisis Unsur Kebahasaan Novel Sejarah Kemelut di Majapahit Bahasa Indonesia Kelas 12 /Pexels/ Louis Bauer//

PORTALKULONPROGO.COM - Berikut Panduan Kunci Jawaban Nilai Estetis Keindahan dalam Novel Pangeran Diponegoro Terbaru 2022.

Novel sejarah merupakan novel yang mengandung nilai sejarah. Novel ini termasuk ke dalam cerita sejarah yang bersifat fiksi.

Unsur unsur di dalam novel sejarah tidak semuanya nyata, beberapa penulis hanya menggunakan latar waktu, tokoh, dan latar tempat untuk mengembangkan imajinasinya ke dalam tulisan sejarah.

Nilai Nilai dalam Novel Sejarah

Nilai agama merupakan nilai dalam novel yang memiliki kaitan dan berdasarkan pada agama.

BACA JUGA Beberapa Contoh LK 2.2 Penentuan Solusi PPG Berdasarkan Hasil Eksplorasi Alternatif Terbaru

Nilai budaya merupakan nilai yang memberikan hubungan mendalam antara suatu masyarakat, peradaban, dan kebudayaannya.

Nilai moral merupakan nilai yang dapat memberikan petuah,muatan, atau nasihat yang berhubungan dengan etika.

BACA JUGA Akses Link Tes Ujian Bucin Online di Google From Lewat HP yang Mudah dan Praktis

Nilai sosial merupakan nilai yang memiliki kaitan dengan tata pergaulan.

Nilai estetis merupakan nilai yang berkaitan dengan keindahan yang ada pada penceritaan novel.

Nilai-nilai yang terkandung dalam novel Pangeran Diponegoro:

1. Nilai moral (Nilai yang yang dapat memberikan atau memancarkan petuah atau ajaran yang berkaitan dengan etika atau moral.

Kutipan:

"Hm." Jan Willem van Rijnst menerka-nerka ambisi Danurejo di balik pernyataan yang kerang-keroh itu. sambil menatap lurus-lurus ke muka Danurejo, .....

Nilai moral dalam kutipan di atas adalah orang yang cerdik akan bertindak dengan pengetahuan, tetapi yang bebal akan mengumbar kebodohannya.

2. Nilai Budaya (Nilai yang dapat memberikan atau mengandung hubungan yang mendalam dengan suatu masyarakat, peradaban, atau kebudayaan.

Kutipan 1:

"Tuan," kata Danurejo II, menundukkan kepala untuk menunjukkan sikap rendah hati, tapi dengan meninggikan rasa percaya diri dalam niat hati untuk mengasut. "Barangkali Tuan akan menganggap enteng perkara ini.

Tapi, sebaiknya Tuan ketahui-sebab maaf, Tuan masih baru di sini-bahwa kami, bangsa Jawa, sangat peka terhadap suara hati, yaitu perasaan dalam tubuh insani yang sekaligus menjadi wisesa ruhani"

Nilai budaya dalam kutipan di atas adalah bangsa Jawa sangat peka dengan suara hatinya.

Kutipan 2:

"Perasaan benci yang direka di dalam piranti kebudayaan, yaitu kesenian, khususnya wayang dan tembang macapat, daya tahannya luar bias, dan daya serapnya amat istimewa merasuk dalam jiwa dalam sanubari dalam ruh, sepanjang hayat dikandung badan."

"Tunggu," kata Jan Willem van Rijsnt, ragu, dan rasanya asan-tak-asan. "Tuan bilang wayang dan tembang punya napas panjang? Bagaimana caranya Tuan menyimpulkan itu?"

"Maaf, Tuan Van Rijnst, perlu Tuan ketahui, wayang dan tembang berasal dari leluri Hindu-Buddha Jawa.

Sekarang, setelah Islam menjadi agama Jawa, leluri wayang dan tembang itu tetap berlanjut sebagai kebudayaan bangsa. Apakah Tuan tidak melihat itu sebagai kekuatan?"

Nilai budaya dalam kutipan di atas adalah piranti kebudayaan, yaitu kesenian, khususnya wayang dan tembang macapat merupakan kekuatan bangsa.

3. Nilai Sosial (Nilai yang berkaitan dengan tata pergaulan antara individu dalam masyarakat)

Kutipan:

Ketika Danurejo II datang kepadanya, dia menyambut dengan bahasa Melayu yang fasih, sementara pejabat keraton Yogyakarta yang merupakan musuh dalam selimut dari Sultan Hamengku Buwono II ini lebih suka bercakap bahasa Jawa.

"Sugeng", kata Danurejo II, menundukkan kepala dengan badan yang nyaris bengkok seperti udang rebus.

Jan Willem van Rijnst bergerak menyamping, membuka tangan kanannya, memberi isyarat kepada Danurejo untuk masuk dan duduk.

Agaknya untuk penampilan yang berhubungan dengan bahasa Belanda beschaafdheid yang lebih kurang bermakna 'tata krama santun sesuai peradaban', alih-alih Jan Willem van Rijnst sangat peduli, dan hal itu merupakan sisi menarik darinya yang jali di antara sisi-sisi lain yang menyebalkan.

Nilai sosial dari kutipan di atas tampak pada sikap Danurejo II yang tetap menghormatinya dan bersikap dengan ramah dan sopan kepada van Rijnst meski merupakan musuh dari Sultan Hamengkubuwono II.

Begitu pula dengan van Rijnst yang sangat peduli dengan tata krama dalam menyambut tamunya.

4. Nilai Ketuhanan (Religi) – (Nilai-nilai dalam cerita yang berkaitan dengan atau bersumber pada nilai-nilai agama)

Kutipan:

Terlebih dulu mestilah dibilang, bahwa Jan Willem van Rijnst adalah seorang oportunis bedegong. Asalnya dari Belanda tenggara.

Lahir di Heerlen, daerah Limburg yang seluruh penduduknya Katolik. Tapi, masya Allah, demi mencari muka pada pemegang kekuasaan di Hindia Belanda, sesuai dengan agama yang dianut oleh keluarga kerajaan Belanda di Amsterdam sana yang Protestan bergaris kaku Kalvinisme, maka dia pun lantas gandrung bermain-main menjadi bunglon, membiarkan hatinya terus bergerak-gerak sebagaimana air di daun talas.

Nilai ketuhanan dalam kutipan di atas adalah van Rijnst adalah seseorang yang bukan taat beragama, karena van Rijnst beragama Katolik, tetapi ketika di Hindia Belanda, ia mengikuti agama Protestan.

Jawaban Nilai Estetis Keindahan dalam Novel Pangeran Diponegoro

Nilai estetis dari novel sejarah Pangeran Diponegoro ialah tutur bahasa penulis yang dapat membuat pembaca merenung dan larut dalam tulisannya. Penulis memaparkan watak tokoh dengan unik, baik melalui dialog, tindakan, dan cara pikirnya. Banyak kiasan digunakan dalam novel sejarah ini.

Terima kasih kamu sudah hadir disini untuk membaca artikel kami dengan judul Kunci Jawaban Nilai Estetis Keindahan dalam Novel Pangeran Diponegoro Terbaru.

Semoga artikel bahasa Indonesia ini bisa memberikan wawasan kepada kamu semuanya.

Editor: Yusuf Maulana Nurhadi

Sumber: Buku Kemendikbud

Tags

Terkini

Terpopuler